Tadinya gw kira buku ini cuma sekedar another fantasy story, di mana dongeng-dongeng ternyata melenceng, ga seperti yang biasanya qta tau. Tapi ternyata gw salah. Cerita di buku ini lebih kejam. John Connolly, penulisnya, ga ngerasa sayang untuk mematikan tokoh-tokohnya dengan cara yang sadis. Semua ditulis dari sudut pandang David, si anak kecil yang jadi tokoh di buku ini. Karena dia anak kecil, pemahaman dia akan dunia juga naif. Dengan gaya naif itu, Connolly menuliskan tentang darah yang mengalir, kepala yang terpenggal, tubuh yang terkoyak, dalam pertarungan antara manusia melawan makhluk dongeng seperti troll, penyihir, monster..
Tokoh antagonisnya adalah sesosok Lelaki Bungkuk tanpa nama, yang kerjanya menjelajahi impian manusia. Dia bisa mewujudkan ketakutan manusia. Dia hidup dari memakan jantung anak kecil yang tidak diinginkan keluarganya.
Connolly seakan mengingatkan pembacanya, dengan cara yang kejam, bahwa dongeng hanyalah dongeng. Ga mirip dengan realita. Ada hal-hal yang harus dihadapi di alam nyata.
Ini kisah dongeng yang sama sekali bukan untuk anak kecil. Tapi untuk orang dewasa yang masih ingat rasanya jadi anak kecil atau anak kecil yang beranjak dewasa. Seperti ditulis Connolly di pengantarnya:
Sebab dalam diri setiap orang masih tersimpan jiwa anak-anaknya, dan dalam diri setiap anak bersemayam jiwa yang kelak akan jadi dewasa.
No comments:
Post a Comment