Saturday, September 27, 2008

Menyambut Lebaran


Di tengah kemeriahan persiapan menyambut Idul Fitri, ada sdikit rasa kehilangan. Kehilangan Ramadhan, bulan penuh berkah yang cuma dateng setaun skali. Bgitu lama ditunggunya, tapi bgitu cepet perginya. Rasanya blum maksimal manfaatin bulan obral pahala ini, udah slese aja.

Tersimpan satu pertanyaan, will I be there when the next Ramadhan comes?

Happy Idul Fitri all. Minal aidin wal faizin. Smoga qta smua mendapat berkah & ridho-Nya. Amin.

*Slamat mudik bagi yang mudik. Jangan nambahin penduduk Jakarta ya? :D


Thursday, September 18, 2008

..tired


Tired..

..of chatting

..of phone calls

 

Tired..

..of having, but feels like not

Wednesday, September 17, 2008

Di Metromini 52

Di metromini 52, sekitar 10 menit setelah azan Magrib, seorang bapak dengan tipikal orang kantoran berdiri ga kebagian duduk, di bawah cahaya lampu kuning metromini itu. Ranselnya ditaro di depan. Headset Nokia di kupingnya. Dengan santai & penuh minat, dia membuka & membaca majalah...FEMINA. Yak betul sodara2, beliau baca majalah wanita. Penuh perhatian banget. Gw yang duduk manis di deretan bangku paling belakang sampe penasaran, artikel apa yang dibacanya? Artikel apa yang begitu menarik perhatiannya?

Ga berapa lama, pertanyaan gw terjawab. Dia baca artikel “...Yang Bikin Pria Keder” (titik2, soalnya gw ga kebaca lagi apa itu yang di depannya ^^). Wahahaha..pantes serius banget.

Entah kenapa, rasanya najis banget liat cowo baca majalah cewe. Padahal cewe juga banyak yang baca majalah cowok. Gw sih sering aja liat cewe beli bacaan tentang sepakbola, otomotif, teknologi. Oke, emang bukan berarti hal2 yang gw sebutin di atas tadi itu monopoli kaum adam, tapi setidaknya sebagian besar konsumennya biasanya kebanyakan kaum adam kan?

Padahal gw dulu pelanggan setia majalah Kawanku (sebelum dia berubah segmen jadi cewe ABG), HAI, & tabloid BOLA. Seneng aja rasanya baca sesuatu dari sudut pandang cowo, tanpa tulisan yang berbau fan-girl, atau membenarkan hampir segala suatu atas nama fashion. Itu dulu. Sekarang? Gw lebih seneng baca manga atau novel ^^;;

Yah, siapa tau si bapak tadi lagi pedekate. Atau lagi pingin bikin survei yang berhubungan dengan hal2 yang bikin cowo keder. Atau dia simply seneng aja baca Femina. Atau dia ga tau itu majalah wanita. Atau dia cuma liat2 hurupnya doank. Yang pasti dia punya alesan sndiri knapa dia memilih untuk memegang, membuka,  & membaca Femina di tempat publik seperti itu. Apapun itu, rasanya ga adil klo gw nge-judge dia. Tapi tetep gw pingin ngetawain dia. Ehehe..maap ya paaak!!

Tuesday, September 16, 2008

The Book of Lost Things

Tadinya gw kira buku ini cuma sekedar another fantasy story, di mana dongeng-dongeng ternyata melenceng, ga seperti yang biasanya qta tau. Tapi ternyata gw salah. Cerita di buku ini lebih kejam. John Connolly, penulisnya, ga ngerasa sayang untuk mematikan tokoh-tokohnya dengan cara yang sadis. Semua ditulis dari sudut pandang David, si anak kecil yang jadi tokoh di buku ini. Karena dia anak kecil, pemahaman dia akan dunia juga naif. Dengan gaya naif itu, Connolly menuliskan tentang darah yang mengalir, kepala yang terpenggal, tubuh yang terkoyak, dalam pertarungan antara manusia melawan makhluk dongeng seperti troll, penyihir, monster..

Tokoh antagonisnya adalah sesosok Lelaki Bungkuk tanpa nama, yang kerjanya menjelajahi impian manusia. Dia bisa mewujudkan ketakutan manusia. Dia hidup dari memakan jantung anak kecil yang tidak diinginkan keluarganya.

Connolly seakan mengingatkan pembacanya, dengan cara yang kejam, bahwa dongeng hanyalah dongeng. Ga mirip dengan realita. Ada hal-hal yang harus dihadapi di alam nyata.

Ini kisah dongeng yang sama sekali bukan untuk anak kecil. Tapi untuk orang dewasa yang masih ingat rasanya jadi anak kecil atau anak kecil yang beranjak dewasa. Seperti ditulis Connolly di pengantarnya:

Sebab dalam diri setiap orang masih tersimpan jiwa anak-anaknya, dan dalam diri setiap anak bersemayam jiwa yang kelak akan jadi dewasa.

Friday, September 12, 2008

Yakuza Moon

Yakuza Moon, novel yang baru aja slese gw baca. Memoar dari seorang putri yakuza Jepang (ya iya lah, masa’ ada yakuza Jerman?), tentang kerasnya hidup dia. Gimana dia terjerumus ke kenakalan remaja, seks bebas, narkoba, utang, kehilangan orang tuanya..

Novelnya sih simpel, ditulis langsung ama pelakunya sendiri, Shoko Tendo. Bahasanya sederhana. Bahkan cenderung datar. Apalagi di awal2nya. Entah karena ini novel terjemahan atau emang gaya bahasa Tendo-san yang emang gitu. Bagi gw sih agak lemah di dramatisasi. Yang bikin menarik ya karena jalan hidupnya emang menarik, ga biasa, beda dari orang kebanyakan. Jadi mo ditulis dengan gaya bahasa gimana pun, ga terlalu membosankan.

Gw mulai tersentuh pas dia mulai memutuskan untuk balik ke jalan yang benar. Dia ninggalin narkoba, pacarnya yang hobi mukul, kebiasaan memberontaknya. Jelas itu ga mudah. Dia anak yakuza. Yakuza dibenci masyarakat non yakuza. Saking beratnya beban hidup, dia pernah mencoba bunuh diri. Saat dia berhasil diselamatkan, dia sadar hal yang paling menyakitkan adalah kenyataan bahwa dia telah membuat sedih orang lain, yaitu keluarganya. Dia mulai ngedeketin diri lagi ke orang tuanya, yang sempet dia bikin kecewa. Dan saat orang tuanya meninggal, satu per satu kenangan masa kecil dia mulai berkelebat. Tentang pohon sakura kesayangannya, ikan2 koi-nya yang selalu dia beri makan, ibunya yang selalu mengawasinya dengan sabar, ayahnya yang walaupun keras tapi sangat sayang ama dia.

Sedikit memakai istilah Josei Seven, media pers Jepang, buku ini tentang sosok seseorang yang pernah masuk neraka, kemudian memutuskan untuk kembali.